- Back to Home »
- 10 Kakak Beradik Sepakbola Terbaik
Posted by : Unknown
1. Ronald-Frank de Boer
Skuad
emas Ajax pada 1990-an menghasilkan pemain berkualitas semacam Edgar
Davids, Edwin Van der Sar, Dennis Bergkamp, Jaap Stam, dan tentu saja si
kembar Ronald dan Frank de Boer. Kakak-beradik ini “nyaris” selalu
kompak di lapangan. Pernah tampil berdua di Ajax, keduanya melanjutkan
kerjasama kala diboyong Louis van Gaal ke Barcelona; dan membuat cita
rasa Belanda begitu kental di klub Catalan tersebut pada peralihan
dekade 1990-an ke dekade 2000-an.
Dibandingkan sang kakak, Frank yang menjadi palang pintu memang
sedikit lebih sukses. Frank tampil untuk timnas Belanda sebanyak 112
kali sedangkan Ronald 67 kali. Uniknya, keduanya sama-sama mencetak 13
gol untuk Belanda.
Kini, Frank menjabat sebagai pelatih Ajax sedangkan Ronald menjadi komentator sepakbola di Qatar, tempatnya menutup karier.
2. Filippo-Simone Inzaghi
Ketika bercerai dengan Del Piero dan pindah ke AC Milan, Pippo sebenarnya tak muda lagi. Namun, kegarangannya masih bertahan. Bahkan, Pippo mampu memborong dua gol dalam Final Liga Champions 2007 kala Milan mengandaskan Liverpool 2-1. Pippo memadukan insting golnya yang tinggi dengan kelincahan dan kelicikan divingnya.
Dibandingkan sang kakak, Simone memang kurang cemerlang. Seperti halnya Pippo, Simone memulai karier di klub kotanya, Piacenza. Penampilan Simone yang memukau pada musim 1998/1999 membuatnya ditarik oleh Lazio. Semusim di kubu Biancocelesti, Simone membawa Lazio memenangi empat gelar: Piala Super Eropa, Liga Italia, Piala Italia, dan Piala Super Italia. Namun, seiring tenggelamnya Lazio, sinar Simone ikut meredup.
3. Garry-Phillip Neville
Sementara itu, Phillip atau biasa disapa Pally, terdepak dari skuad utama Setan Merah pada awal 20. Ia kemudian melanjutkan karier di Everton. Di The Toffees, Pally sukses besar. Bahkan, ia menjadi kapten tim dan dipanggil ke skuad The Tree Lions
4.Kolo-Yaya-Ibrahim Toure
Kasus unik terjadi di keluarga Toure. Ketiga kakak-beradik ini menjadi pesepakbola. Kolo
tampil super di Arsenal sebelum hijrah ke klub kaya baru, Manchester
City. Pengalamannya sebagai bek tengah sempat mengantar Kolo menjadi
kapten tim The Citizens sebelum digantikan oleh Carlos Tevez.
Belakangan, Kolo yang guru mengaji ini malah tersandung kasus doping.
Yaya, sang adik, beberapa kali pindah ke klub-klub Eropa sebelum tampil
gemilang di Barcelona.
Yaya yang berposisi sebagai gelandang bahkan pernah menjadi bek
tengah di klub yang kini diasuh Pep Guardiola ini. Ketika City
memberikan tawaran bergabung dengan sang kakak, Yaya tidak mau membuang
peluang. Di tim asuhan Roberto Mancini ini Yaya tampil sebagai gelandang
serang mumpuni. 48 kali main, Yaya mencetak 11 gol; jumlah yang wah
untuk ukuran gelandang.
Dibandingkan kedua kakaknya, Ibrahim memang tidak cemerlang. Di
usianya yang 25 tahun, ia bermain untuk klub Makasa. Sebelumnya Ibrahim
sempat bermain di Metalurh Donetsk dan OGC Nice, tapi ia tidak
berkembang.
5. Rio-Anton Ferdinand
Kakak
bermain sebagai bek tengah, demikian pula adiknya. Inilah yang terjadi
pada kakak-beradik Ferdinand. Sang kakak, Rio, menjadi salah satu palang
pintu West Ham tersukses. Kegemilangan Rio berlanjut di Leeds United
sebelum hijrah ke Manchester United. Di kubu Setan Merah, Rio
memenangkan segalanya di tingkat klub. Ia menjuarai Premier League dan
Piala Champions. Di timnas, Rio menjadi bek tengah yang sangat tangguh
untuk The Three Lions; berduet dengan John Terry, kapten Chelsea.
Sang adik, jebolan akademi West Ham seperti kakaknya, cukup sukses
bermain di tingkat klub. Anton sempat menjadi pemain reguler The Hammers
sebelum kemudian hijrah ke Sunderland. Untuk ukuran timnas, Anton
sempat memperkuat Inggris U18, U20, dan U21. Namun, ia belum pernah
dipanggil ke timnas senior Inggris sehingga bisa saja ia memperkuat
Republik Irlandia.
6. Fabio-Paolo Cannavaro
Kalau
di Inggris ada Rio-Anton Ferdinand, di Italia ada Fabio dan Paolo dari
keluarga Cannavaro. Fabio Cannavaro pernah bermain di klub-klub besar
seperti Parma, Juventus, dan Real Madrid. Bahkan Fabio menjadi palang
pintu Los Merengues di usia yang tidak muda lagi, 36 tahun. Di tingkat
timnas, Fabio sukses mengantar Italia menjadi juara Piala Dunia 2006
Jerman ketika ban kapten melekat di lengannya.
Meski tak sehebat sang kakak, Paolo adalah bek yang cukup ditakuti di Serie A. Sepeti Fabio, Paolo pernah bermain di Parma.
7. Fabio-Rafael da Silva
Pengganti
kakak-beradik Neville adalah si kembar da Silva. Keduanya sama-sama
jebolan Fluminense dan bergabung ke Setan Merah pada 2008. Namun, Rafael
lebih konsisten bermain dibandingkan Fabio. Sir Alex sudah
mempercayainya bermain 28 kali musim lalu sedangkan Fabio 24 kali.
Mengingat keduanya masih berusia sangat muda (20 tahun) kesempatan
menjadi starting eleven di kubu Manchester United bukanlah isapan
jempol. Permainan Fabio dan Rafael tidak hanya mengundang decak kagum
para pemandu bakat atau sang manajer. The Times menyebut mereka sebagai
penerus tradisi Garry-Phillip.
8. Bonaventure-Salomon Kalou
Dari
tanah Pantai Gading, sekali lagi muncul kakak-beradik pesepakbola. Kali
ini, Bonaventure dan Salomon dari keluarga Kalou yang kita bicarakan.
Bonaventure memulai kariernya di Eropa bersama Feyenord Rotterdam. Di
klub Belanda ini, Bonaventure menjadi pemain reguler. Selanjutnya, ia
hijrah ke tanah Prancis dan berlaga bersama tiga klub, Auxerre, Paris
Saint Germain, dan RC Lens. Sempat bermain di Al-Jazira, Bonaventure
menutup karier di SC Heerenveen. Urusan timnas, Bonaventure sudah
mencetak 12 gol dari 51 penampilan.
Salomon lebih mengilap prestasinya dibandingkan sang kakak. Memulai
debut Eropa di Feyenoord juga, Salomon direkrut oleh Chelsea pada 2006.
Sejak saat itulah Salomon senantiasa menjadi supersub bagi The Blues.
Total ia mencetak 55 gol dari 227 penampilan di Chelsea.
Di timnas Pantai Gading, Kalou tapil 37 kali dan mengemas 13 gol.
Dahulu, sebelum bermain untuk Pantai Gading, Salomon sempat ingin
menjadi warga negara Belanda, namun permintaannya ditolak.
9.Murat-Hakan Yakin
Ada
pula Murat dan Hakan Yakin dari Swiss. Keduanya sama-sama memberikan
kontribusi maksimal untuk timnas di era masing-masing. Murat sempat
membela dua klub Jerman, Vfb Stuttgart dan 1.FC Kaiserslautern. Ia juga
pernah membela Fenerbahce. Murat menutup karier di FC Basel pada 2006.
Kini ia menjabat sebagai pelatih FC Luzern di Swiss.
Sang adik, Hakan, juga lebih banyak berkarier di klub lokal Swiss.
Hakan sempat mencicipi dua liga yang digeluti kakaknya. Di Jerman, Hakan
membela Stuttgart dan di Turki Hakan bergabung dengan Galatasaray.
Untuk urusan timnas, Hakan yang bisa menjadi striker atau gelandang
serang, tercatat sebagai pencetak gol ulung. Dua golnya ke gawang
Portugal di Grup A pada Euro 2008 membuat Swiss untuk pertama kalinya
menang dalam putaran final Euro. Total Hakan bermain 86 kali dan
mencetak 20 gol.
10. Gabriel-Diego Milito
Kakak-beradik
terakhir dalam list ini adalah Gabriel dan Diego Milito dari Argentina.
Gabriel yang lebih muda setahun berlaga di Liga Spanyol bersama Rea
Zaragoza dan kini Barcelona. Namun, sayang Gabriel cukup rentan cedera
dan usianya tidak muda lagi sehingga menjadi pilihan kedua di kubu
Blaugrana. Gabriel dipanggil ke timnas senior 35 kali dan mencetak 1
gol.
Sang kakak, Diego, kini tengah menikmati persaingan keras di Serie A
bersama Internazionale Milan. Milito menjadi penentu kemenangan Inter
saat menjuarai Liga Champions tahun 2010 kala mengandaskan Bayern
Muenchen 2-0 (mencetak 2 gol). Tahun ini, Milito juga membantu Inter
Milan menjuarai Copa Italia dengan mencetak 1 gol saat Inter bersua
Palermo di final dengan skor 3-1. Di timnas, Diego mencetak 4 gol dari
24 penampilan.